DEKANDIDAT.ID – Meskipun kasus keracunan massal terjadi di sejumlah sekolah di beberapa daerah, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA meyakini Presiden Prabowo tak akan menghentikan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Hal demikian ditegaskan Peneliti Senior LSI Denny JA, Adjie Alfarabi, Kamis (23/20) siang, di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta.
“LSI meyakini Presiden Prabowo tak akan menghentikan program Makan Bergizi Gratis. Karena MBG adalah program utama yang selalu dilontarkan Prabowo saat kampanye,” kata Adjie.
“Presiden Prabowo pasti terus mengevaluasi terjadinya keracunan massal di sejumlah sekolah di beberapa daerah. Eksekutor dari program Makan Bergizi Gratis, Ketua Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana harus dievaluasi. Apakah nantinya Prabowo harus mengganti para eksekutornya?” ucapnya mempertanyakan saat merilis survei terbaru LSI bertajuk ‘Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, Lima Rapor Biru, Satu Rapor Merah’.
Atas terjadinya peristiwa keracunan massal tersebut, aksi penolakan terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG), semakin intensif. Sejumlah sekolah memutuskan tidak melaksanakan MBG dan memilih meneruskan program yang mereka jalankan secara mandiri.
Hubungan Internasional Tertinggi
Menurut LSI, ‘Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran’ adalah satu momen krusial bagi pemerintahan baru, karena di situlah janji kampanye akan diuji.
Dia menjelaskan dalam survei ini, pihaknya meminta pendapat baik/sangat baik atau buruk/sangat buruk kepada responden. Hasilnya, penilaian baik/sangat baik itu akan dikurangi dengan penilaian buruk/sangat buruk hingga menjadi suatu skor.
Dari survei tersebut, bidang sosial budaya mendapatkan skor 61 poin, keamanan nasional 48,5 poin, hukum nasional 8,3 poin, politik nasional 9,4 poin, ekonomi nasional -13,8 poin, dan hubungan internasional mendapatkan 63,5 poin.
Dari skor tersebut, menurut dia, hubungan internasional merupakan bidang yang mendapatkan skor paling tinggi. Sedangkan, sektor ekonomi nasional mendapatkan skor paling rendah.
Dia menjelaskan hubungan internasional mendapatkan skor paling tinggi karena Presiden Prabowo aktif dalam dunia internasional. Presiden Prabowo mendapatkan kesan baik atas pidatonya di PBB dan turut hadir dalam upaya perdamaian Gaza.
Sedangkan, bidang ekonomi nasional yang mendapatkan skor paling buruk, menurut dia, disebabkan lapangan kerja yang bermasalah. Publik, kata dia, membandingkan ketersediaan lapangan pekerjaan dengan tahun sebelumnya.
“Penurunan daya beli juga menjadi salah satu masalah yang paling urgen,” kata dia.
Adjie menyebutkan, penyebab turunnya tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran, ada banyak faktor. Untuk meningkatkan kepuasan publik, Prabowo harus melakukan evaluasi di pemerintahannya. Namun, Prabowo harus berhati-hati karena ada banyak tokoh parpol di kabinetnya. Prabowo harus pintar menjaga stabilitas di pemerintahannya.
“Tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran di 100 Hari masih berada di atas 80 persen, turun lumayan banyak. Kini tingkat kepuasan publik hanya mencapai 74,8 persen.
“Angka 74,8 persen itu, disumbang dari ketokohan Prabowo.”
Saat ini, sergahnya, masuknya Purbaya membawa dampak positif di pemerintahan Prabowo untuk dua bulan terakhir. Purbaya membantu performa pemerintahan Prabowo.
“Di era pemerintahan Jokowi juga demikian. Ada menteri yang menonjol seperti Ignatius Jonan, Susi Pudjiastuti. Mereka ini membuat tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi naik”.
Panggung Buat Gibran
Adjie mengatakan, tingginya tingkat kesukaan publik terhadap Gibran, disebabkan karena mendapat impact dari sosok Presiden Prabowo dan kinerja pemerintah yang dinilai berhasil selama setahun.
“Apakah ke depan Gibran akan diberi peran yang lebih banyak? Itu tergantung dari keikhlasan Prabowo.”
“Apakah Prabowo ikhlas, rela, memberi panggung yang lebih luas kepada Gibran? Karena kita belum tahu apa yang akan terjadi pada Pemilu 2029. Apakah Prabowo akan tetap bersama Gibran atau Dia punya pilihan lain? Itu terserah Prabowo,” tutup Adjie.
Survei dilakukan dengan metodologi multi-stage random sampling terhadap 1.200 responden selama 10-19 Oktober 2025. Jajak pendapat ini dilakukan dengan cara wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner, yang memiliki margin of error plus minus 2,9 persen.
















