DEKANDIDAT.ID – Jika Pilpres diadakan hari ini dan diikuti tiga pasangan calon, maka Prabowo Subianto menjadi capres pertama yang lolos ke putaran kedua. Demikian hasil survei terkini Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dirilis Jumat (19/5) siang, di Rawamangun, Jakarta Timur.
“Kalau Pilpres diselenggarakan hari ini dan diikuti tiga pasangan, hasilnya Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto unggul dibandingkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan,” ujar Peneliti Senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby.
“Dari 3 nama capres itu yang telah memenuhi ambang batas minimal untuk lolos putaran kedua adalah capres Prabowo Subianto dengan angka 33,9 persen, sementara Ganjar Pranowo (31,9 persen) dan 3. Anies Baswedan (20,8 persen),” kata Adjie.
Adjie menjelaskan, survei LSI melibatkan 1.200 responden, yang datanya diambil melalui wawancara tatap muka dengan kuisioner. Margin of error survei dilaporkan sekitar 2,9 persen. Survei ini digelar pada periode 3-14 Mei 2023 di 34 provinsi seluruh Indonesia. Survei menggunakan metode acak bertingkat atau multistage random sampling.
“Kita temukan dalam survei terbaru kita bahwa Prabowo Subianto sementara unggul dalam simulasi 3 capres dan berpotensi masuk ke putaran kedua,” sambungnya.
Dia menambahkan, ada sejumlah alasan Prabowo Subianto unggul dalam survei LSI Denny JA kali ini. Pertama, mayoritas pemilih menginginkan sosok capres yang kepemimpinannya kuat (strong leadership) dan mampu menumbuhkan ekonomi pasca-pandemi.
“Kita tahu dalam perkembangan tiga tahun terakhir terjadi COVID-19 yang memporakporandakan isu ekonomi. Banyak masyarakat yang merasakan kehidupannya semakin sulit secara ekonomi,” terang Adjie.
“Dari 3 nama capres memang asosiasi sebagai strong leader yang mampu menumbuhkan ekonomi dari 3 capres ini adalah Prabowo Subianto.”
Alasan kedua naiknya elektabilitas Prabowo ialah karena mayoritas pemilih Ganjar Pranowo mengalihkan suaranya ke Prabowo. Adjie mengatakan responden lebih memilih beralih ke Prabowo karena karakternya yang dinilai lebih nasionalis dibandingkan Anies Baswedan.
“Sebelumnya memang ada tren kenaikan Pak Ganjar. Tapi di bulan Mei, banyak suara Ganjar berpindah ke Prabowo,” ungkapnya.
“Mengapa Prabowo bukan Anies? Karena memang positioning dan karakter dilihat kalau Prabowo lebih nasionalis daripada Pak Anies. Sehingga ketika pemilih lari dari dukungan Pak Ganjar, mereka cenderung ke Pak Prabowo yang positioning nasionalisnya dibanding Pak Anies,” lanjutnya.
“Alasan ketiga, Prabowo dinilai sebagai tokoh sentral yang terima banyak spektrum politik. Alasan selanjutnya ialah citra Prabowo semakin menguat usai bergabung ke dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).”
“Kemudian, pengalaman di pemerintahan. Selama Pemilu 2014 dan 2019 yang diikuti Pak Prabowo, dalam kedua pilpres ini selalu ada isu bahwa Pak Prabowo adalah tokoh yang kuat secara gagasan, visioner, tapi lemah dalam aspek teknis, tidak punya pengalaman dalam mengelola pemerintahan,” tukas Adjie.
“Ini merupakan kelemahan Prabowo di 2 kali pilpres sebelumnya, tapi kemudian ketika Prabowo masuk bagian dari pemerintahan Jokowi, ini memperkuat image Pak Prabowo, dia tidak lagi dianggap sebagai orang yang lemah dari sisi yang lemah mengelola pemerintahan, tapi memperkuat image Prabowo sebagai sosok yang makin lengkap,” tambah dia.
Terakhir, Adjie menyebut Prabowo saat ini dikenal sebagai tokoh yang masuk dalam pemerintahan, dan ingin maju kembali.
“Pada Pemilu 2014-2019, Prabowo dikenal sebagai tokoh outsider atau di luar pemerintahan. Tapi saat ini Prabowo dikenal sebagai tokoh insider atau dalam pemerintahan yang ingin maju kembali,” kata Adjie lagi.