DEKANDIDAT.ID – Jika ditanya manakah klub besar atau kaya di benua biru saat ini? Jawabannya adalah Manchester United dan Manchester City di Inggris, Real Madrid dan Barcelona di Spanyol, serta PSG di liga Perancis. Hal ini merujuk pada nilai kekayaan klub dan belanja pemain dengan nilai fantastis. Tapi jika ditanya manakah partai besar di Indonesia saat ini? Jawabannya adalah PDI Perjuangan, Partai Golkar & Gerindra.
Dua partai yang saya sebut di awal adalah partai lama yang telah beranak-pinak melahirkan partai baru di Tanah Air. Partai ini juga sama-sama bertabur bintang. PDI Perjuangan menjadi satu-satunya partai di era demokrasi yang berhasil menyandingkan tropi dari dua gelar. Tropi Presiden dan ketua DPR sekaligus berada di genggaman pada Pemilu 2019 kemarin. Berdasarkan survei sejumlah lembaga, PDI Perjuangan potensial meraih hattrick Pemilu Partai pada musim kompetisi 2024 nanti.
Bagaimana dengan Partai Golkar? Partai Golkar pernah berada di masa keemasan dan mendominasi pentas politik Indonesia. Namun demikian masa keemasan Partai Golkar memudar sejak reformasi dimana pemilihan dilakukan secara terbuka dan langsung. Terakhir kali Partai Golkar memenangkan tropi Pemilu Partai pada Pemilu 2004, selanjutnya hingga kini Partai Golkar hanya menjadi runner up. Apakah Partai Golkar sebagai partai besar akan kembali Puasa Gelar?
Musim kompetisi 2004 terakhir kalinya Partai Golkar menjuarai Pemilu Legislatif, dan pada 2024 genap dua dekade. Pemilu 2024 harus menjadi momentum Partai Golkar untuk comeback dan membuktikan diri sebagai sebuah partai besar dengan menyandang gelar. Untuk sampai kesana saya sarankan Golkar harus membuat strategi besar dan berani agar Berjaya di 2024 nanti.
Jika klub membuat langkah besar untuk mengangkat tropi dengan membeli pemain bernilai fantastis maka hal besar apa yang harus dilakukan Partai Golkar? Pertama Partai Golkar harus mengusung Airlangga Hartarto sebagai calon Presiden. Partai Golkar dan kader di bawah tak perlu khawatir dengan elektabilitas Airlangga Hartarto saat ini yang masih di bawah beberapa tokoh seperti Prabowo, Anis maupun Ganjar.
Ingat bahwa tiket manuju panggung Pilpres bukan elektabilitas lewat survei. Saya yakin dengan majunya Airlangga Hartarto maka akan bekerja efek ekor jas (coattail effect) dari pencapresan Airlangga Hartato sebagai Presiden. Kedua Partai Golkar harus keluar dari zona nyaman, tidak lagi menjadi follower tetapi Partai Golkar harus berani membentuk poros sendiri.
Secara matematis Partai Golkar dengan raihan 12% suara pada Pemilu 2019 lalu menjadi tiket utama dan dapat menggalang poros sendiri. Ketiga Partai Golkar harus memproduksi isu yang memiliki magnet kuat, integralistik dan lebih bersifat operasional guna meraih suara grass root. Jika 3 hal ini dilakukan maka cukup 3 musim Partai Golkar puasa gelar.