DEKANDIDAT.ID – Asosiasi Riset Oponi Publik (AROPI) akan mengambil tindakan tegas terhadap anggotanya, jika kedapatan merilis hasil quick count terkait Pilpres atau Pileg yang melenceng. Hal demikian dikatakan Ketua Umum (AROPI), Sunarto Ciptoharjo, di Jakarta.
“Yang paling repot begini, asosiasi itu hanya bisa mengatur anggota-anggota yang bernaung di bawahnya. Di luar itu kita tidak bisa mengatur. Ya paling memberikan tekanan di publik bahwa survei harus kredibel, lembaga ini pernah lancung di masa lalu, dll. Itu yang paling bisa dilakukan,” tegasnya.
“Tetapi kalau melenceng adalah anggota AROPI sendiri, maka kita akan melakukan teguran keras dan yang paling fatal adalah akan keluarkan dari keanggotaan atau asosiasi. Kita pernah memberikan kartu merah pada 2014 kepada LSN, salah satu anggota kita yang quick countnya melenceng.”
Uniknya di Indonesia, kata Sunarto, ketika ada lembaga survei yang quick count-nya melenceng dan tak mau diaudit, lembaga survei bersangkutan bisa mendirikan asosiasi baru dan mereka bisa kembali bergabung dengan lembaga survei lain.
Menurut Sunarto, kelemahan mengenai pengaturan lembaga survei di Tanah Air, menjadikan bermunculannya sejumlah asosiasi lembaga survei yang jarang kita dengar. Saat ini ada sekitar 6 sampai 7 lembaga asosiasi survei.
“Beberapa waktu lalu LSI Denny JA disomasi oleh beberapa anggota masyarakat. sebagai asosiasi merespon somasi tersebut. Asosiasi berfungsi memberikan perlindungan terhadap anggota, tapi juga memberikan sentilan ketika anggotanya melanggar. Untuk memastikan apakah melanggara atau tidak kita akan mengecek, mengklarifikasi, dll. Kalau lembaga survei tersebut melanggar, kita akan memberikan sanksi. Tapi kalau tak melanggar, kita akan memberikan klarifikasi bahwa lembaga tersebut tidak melanggar.”
Menyoal tingkat kepercayaan publik terhadap lembaga survei, AROPI ‘melihat’, mayoritas pemilih pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, percaya dengan lembaga survei. Berdasarkan survei AROPI, tingkat kepercayaan pemilih Prabowo-Gibran terhadap lembaga survei sebanyak 87,0 persen dan kurang percaya sebesar 10,4 persen.
Sementara pemilih Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, hanya 59 persen yang mempercayai lembaga survei. Selebihnya 41,0 persen kurang percaya terhadap lembaga survei, sedangkan pemilih pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang percaya lembaga survei hanya 69,3 persen.
Sisanya 29,1 persen tidak percaya lembaga survei. “Mayoritas pemilih percaya lembaga survei. Tapi tingkat kepercayaan paling tinggi ada pada pemilih pasangan Prabowo-Gibran,” sergahnya.
Publik Makin Percaya Lembaga Survei
Secara keseluruhan, Sunarto mengatakan pada Pemilu 2024 ini, tingkat kepercayaan publik terhadap Lembaga Survei baik dalam melakukan survei elektabilitas maupun quick count atau hitung cepat mengalami peningkatan. Saat ini menurut survei Aropi, tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga survei adalah 75,4 persen.
Angka ini kata Sunarto meningkat dibandingkan Pemilu 2019 di mana kepercayaan publik kepada lembaga survei saat itu adalah 67,8 persen. “Ini menunjukkan perkembangan menarik lagi lembaga survei di Indonesia. Di mana sudah banyak yang menjadikan survei dan quick count sebagai rujukan.”
Survei AROPI dilakukan 26 Januari 2024 sampai 6 Februari 2024 lalu. Survei ini dilakukan dengan teknik pengambilan data wawancara tatap muka dan margin off error 2,9 persen. Survei melibatkan 1.200 responden dan metode multistage random sampling.
Sunarto menambahkan kepercayaan terhadap lembaga survei juga tergantung kepada tingkat pendidikan dan ekonomi pemilih. Menurut dia, kenapa pemilih Anies-Muhaimin memiliki tingkat kepercayaan kepada lembaga survei terbilang rendah karena survei-survei sebelumnya menyebutkan pemilih Amin memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan menengah ke atas.
“Tingkat pendidikan mempengaruhi kekritisan terhadap hasil yang dirilis lembaga survei,” jelasnya.
Apabila dilihat dari segmen pemilih partai, mayoritas pemilih percaya terhadap Lembaga survei. Tingkat kepercayaan tertinggi diperoleh dari pemilih Partai Demokrat sebesar 92,9%, disusul pemilih Partai Gerindra sebesar 90,2%, pemilih PKB sebesar 78,9% dan pemilih PAN sebesar 77,8%.
Dari segmen tingkat pendapatan diperoleh fakta yang menarik, yakni untuk tingkat pendapatan di bawah 2 juta/bulan sangat percaya/cukup percaya terhadap Lembaga survei sebesar 80,7%. Justru untuk tingkat pendapatan 4 juta/bulan ke atas, tingkat kepercayaannya sebesar 74,4%. Sedangkan pendapatan menengah sebesar 2-4 juta perbulan, tingkat kepercayaannya sebesar 71,6%.
Sejalan dengan itu, segmen tingkat pendidikan juga diperoleh fakta yang serupa. Untuk segmen tingkat pendidikan SD ke bawah, tingkat kepercayan terhadap Lembaga survei justru tertinggi, yakni 80,4%, disusul tingkat pendidikan SMA sebesar 78,4%, tingkat pendidikan SMP sebesar 77,9% dan tamatan D3 ke atas sebesar 60,3%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat, maka semakin kritis pula terhadap Lembaga survei.
Dari segmen usia, pada tingkatan umur di bawah 30 tahun menunjukkan tingkat kepercayaan yang paling tinggi terhadap Lembaga survei yakni sebesar 81,5%, disusul rentang umur di atas 50 tahun sebesar 75,2%. Sedangkan untuk umur 30-39 tahun tingkat kepercayaannya 73,8%. Sedangkat untuk usia 40-49 tahun tingkat kepercayaannya sebesar 72,9%.
LSI Denny JA Paling Dikenal
Dari kepemilikan akun sosial media didapatkan fakta bahwa pemegang akun Instagram adalah responden yang paling percaya terhadap Lembaga survei sebesar 76,5%, disusul pemilik akun Tiktok dengan tingkat kepercayaan75,2% dan pemilik akun Facebook dengan tingkat kepercayaan 74,5%.
Survei ini juga menanyakan Lembaga survei mana yang paling banyak dikenal. Dari pertanyaan itu terungkap bahwa LSI Denny JA paling dikenal dengan 52,4%, disusul Indikator Politik sebesar 11,5%, Indobarometer 7,6%, Polltracking 6,1% dan SMRC sebesar 4%.
Dari analisis hasil survei di atas diperoleh kesimpulan bahwa, lembaga survei semakin dipercaya oleh masyarakat karena jejak akurasinya di masa lalu, quick count lembaga survei di Indonesia juga dipercaya negara besar, dari Aneka Lembaga survei yang ada LSI Denny JA yang paling dikenal karena memang lembaga ini yang paling banyak melakukan publikasi hasil survei, dan AROPI selaku asosiasi lembaga survei juga memberi panduan di tengah banyaknya lembaga survei abal-abal yang muncul di setiap pemilu. Cara mengeceknya cukup melihat jejaknya, apakah Lembaga itu sudah hadir dan akurat di periode waktu sebelumnya.