DEKANDIDAT.ID – Maraknya pernyataan sikap kritis sejumlah akademisi dari berbagai kampus di Indonesia terhadap Presiden Jokowi, tak mampu menggerus elektabiltas pasangan Prabowo-Gibran. Mengapa? Karena aksi tersebut dinilai sangat terlambat,
Demikian dikatakan Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, saat merilis survei terbarunya yang bertajuk ‘7 Hari Sebelum Pencoblosan, Satu Putaran Semakin Terbuka’, Jumat (9/2) siang, di Rawamangun, Jakarta.
“Efek aksi guru besar dan para akademisi dari berbagai universitas dan perguruan tinggi yang dilakukan beberapa hari terakhir ini, sangat kecil pengaruhnya terhadap elektabilitas Prabowo-Gibran, karena pelaksanannya sangat terlambat atau sudah telat,” tegasnya.
“Pemilih di grass road, saat ini puas dengan kinerja Presiden Jokowi yang angkanya mencapai 80 persen. Dengan kenyataan seperti ini, elektabilitas Prabowo-Gibran tak akan terpengaruh oleh aksi para guru besar dan para akademisi tersebut,” lanjutnya.
Diakuinya, di kalangan masyarakat berpendidikan tinggi, memang ada pengaruhnya. Namun sangat kecil.
Hasil survei terkini LSI Denny JA yang dilakukan 26 Januari hingga 6 Februari 2024, pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran, masyarakat berpendidikan D3 ke atas, elektabilitasnya mencapai 37,8 persen, disusul Anies-Muhaimin 33,0 persen, dan Ganjar-Mahfud (14,8 persen).
“Di kalangan pemilih berpendidikan SMP sederajat, elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai 56,5 persen, disusul Anies-Muhaimin 21,2 persen, dan Ganjar-Mahfud 17,7 persen. Sedangkan di kalangan pemilih berpendidikan SMA sederajat, elektabilitas Prabowo-Gibran 52,6 persen, Anies-Muhaimin 25,9 persen, dan Ganjar-Mahfud 16,8 persen,” ulasnya.
Hasil survei LSI menyimpulkan, Menurut survei terkini LSI Denny JA yang dilakukan 26 Januari hingga 6 Februari 2024, elektabilitas pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran berada di posisi teratas dengan elektabiltas 53,5 persen, Anies Muhaimin (21,7 persen), dan Ganjar-Mahfud (19,2 persen).
“Dengan elektabilitas 53,5 persen, artinya Prabowo-Gibran terbuka peluangnya untuk menang di Pilpres 2024 pada 14 Februari nanti dengan satu putaran saja,” jelasnya.
Berdasarkan UU Pemilu, syarat untuk memenangi pilpres dalam satu putaran adalah meraih 50 persen plus satu suara dan mendapatkan minimal 20 persen suara di 20 provinsi.
“Tren elektabilitas Prabowo-Gibran juga menunjukkan bahwa pasangan itu berpeluang besar memenangi pilpres dalam satu putaran. Tren elektabilitas Prabowo-Gibran selalu mengalami kenaikan sejak November 2023.”
Pada awal Januari, kata dia, elektabilitas Prabowo-Gibran 46,6 persen. Lalu naik ke angka 50,7 persen pada akhir Januari. Lalu naik lagi ke angka 53,5 persen sekarang.
“Kalau kita bandingkan dari awal Januari ke Februari 2024 ini kenaikan kurang lebih 7 hingga 8 persen. Dalam konteks pemilu nasional, itu kenaikan signifikan karena di atas margin of error,” ujarnya.
Saat elektabilitas Prabowo-Gibran trennya selalu naik, lanjut Adjie, elektabilitas pasangan Anies-Imin dan Ganjar-Mahfud justru turun. “Ada migrasi suara dari pendukung Ganjar-Mahfud ke Prabowo-Gibran,” tukas Adjie.
Survei LSI dilakukan lewat wawancara tatap muka terhadap 1.200 yang dipilih menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling). Toleransi kesalahan atau margin of error survei ini kurang lebih 2,9 persen.