DEKANDIDAT.ID – Prof.Dr.Ing Mokoginta bukan main kecewanya ketika dia gagal mendemo Presiden Jokowi, Rabu (21/9) siang. Padahal demi untuk memperjuangkan tanahnya yang dirampas, Guru Besar IPB ini, sengaja minta ditangkap dengan cara memblokir kunjungan Sang Presiden ke Kampusnya.
Dia ingin seperti Suroto, peternak ayam petelur asal Blitar. Berkat aksi nekadnya berdemo saat RI-1 keluar dari areal PIPP menuju Makam Bung Karno (MBK), Selasa (7/9), Suroto akhirnya bisa menyuarakan aspirasinya kepada Jokowi di Istana Negara.
“Pak Jokowi yang terhormat. Saya, Prof Ing Mokoginta sudah kirim surat terbuka 3 kali kepada Bapak selaku kepala negara. Saya juga sudah berkirim surat ke Kapolri agar pelaku perampasan tanah kami dan korban perampasan tanah lainnya segera ditangkap. Tapi karena salah mencegat, saya batal mendemo bapak,” ujar Prof Ing dengan raut wajah kecewa.
“Saya sudah membawa spanduk. Saya berharap aksi saya mendemo bapak dilihat banyak orang. Saya juga berharap ditangkap, seperti yang dialami Pak Suroto, peternak ayam petelur dari Blitar. Berkat keberaniannya mendemo Bapak beberapa waktu lalu, dia akhirnya dipanggil ke Istana dan menceritakan permasalahannya. Sayangnya aksi demo saya gagal, sehingga saya tak ditangkap dan tak dipanggil ke Istana,” lanjutnya masih dengan wajah memelas.
“Bapak Jokowi yang terhormat, kapan permasalahan tanah kami bisa diselesaikan? Kami hanya minta hak tanah kami yang dirampas dikembalikan dan mereka yang merampas tanah kami ditangkap. Pak presiden sudah berulang kali memerintahkan soal ini. Tapi nyatanya, kasus perampasan tanah kami masih dipermainkan oleh komplotan mafia.”
“Kami juga sudah lapor Kompolnas, beberapa hari lalu. Saya berharap akan ada keadilan bagi kami dan orang-orang lain yang mengalami nasib sama, tanahnya dirampas oleh mafia tanah. Kemarin di IPB, Pak Jokowi memerintahkan agar para mafia tanah diberantas. Semoga perintah Pak Presiden kali ini bisa terlaksana dan keadilan buat korban bisa terwujud,” ujarnya penuh harap.
Tanah Prof Mokoginta seluas 1,7 hektare di Manado, dirampas mafia tanah sejak beberapa tahun lalu. Dia mengaku telah melaporkan persoalan tersebut ke Polda Sulut. Namun setelah berganti-ganti Kapolda, persoalan tanahnya belum juga menemui titik terang.